Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales,
Pythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik.
Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya
untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat
berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh
keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.
Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah
mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat
juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.
Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran
induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika
deduktif tengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran
atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru
sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini
sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat
berlaku secara umum.
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk
mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif
menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi
yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umu. Dengan memikirakan fenomena
bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerakIsaac Newton
menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan Le Verrier menerapkan
teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan
orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi)
dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).
Pengertian Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik
kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas
fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi.
Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal
umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses
pembentukan kesimpulan deduktif terebut dapat dimulai dai suatu dalil atau
hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Macam – Macam Penalaran Deduktif
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara
deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi
(kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah
pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contoh Silogisme:
Semua manusia akan mati
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati (konklusi / kesimpulan)
b. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat
dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena
sudah sama-sama diketahui.
Contoh Entimen :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
CONTOH PARAGRAF
DEDUKTIF
Chairil Anwar terkenal sebagai penyair. Ia disebut penyair
yang membawa pembaharuan dalam puisi. Ada yang mengatakan dia sebagai seorang
individualis. Ada yang menilai bahwa ia seorang yang kurang bermoral dan plagiat
karena ada sebagian kecil dalam gubahannya merupakan jiplakan dari puisi asing.
Dalam sajak-sajaknya yang dikumpulkan dalam "Deru Campur Debu"
memperlihatkan adanya perbedaan bentuk, corak, gaya, dan isi. Tanggapan orang
terhadap Chairil berbeda-beda. Namun, bagaimanapun ia tetap seorang penyair
besar yang membawa kesegaran baru dalam bidang puisi pada 1945.
Penarikan kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu
penarikan langsung dan tidak langsung.
1. Penarikan
simpulan secara langsung
Simpulan secara langsung adalah penarikan simpulan yang
ditarik dari satu premis. Premis yaitu prosisi tempat menarik simpulan.
Simpulan secara langsung:
1. Semua S adalah
P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
2. Semua S adalah
P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
3. Tidak satu pun
S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
4. Semua S adalah
P. (premis)
Tidak satu-pun S adalah tak P. (simpulan)
Tidak satu-pun tak P adalah S. (simpulan)
2. Penarikan
simpulan secara tidak langsung
Untuk penarikan simpulan secara tidak langsung diperlukan
dua premis sebagai data. Dari dua premis tersebut akan menghasilkan sebuah
simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang
kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Jenis penalaran deduksi dengan penarikan simpulan tidak
langsung, yaitu:
1. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara
deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi
(kesimpulan).
Contohnya:
Semua manusia bijaksana
Semua dosen adalah manusia
Jadi, semua dosen bijaksana. (simpulan)
2. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara tidak langsung. Dan
dapat dikatakan silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena
sudah sama-sama diketahui.
Contohnya :
Semua ilmuwan adalah orang cerdas
Anto adalah seorang ilmuwan.
Jadi, Anto adalah orang cerdas.
Jadi, dengan demikian silogisme dapat dijadikan entimen.
Sebaliknya, entimen juga dapat
dijadikan silogisme.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuktian_melalui_deduksi
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar