Komunikasi asertif adalah ketika kita
dengan tegas dan positif mengekspresikan diri kita. Tanpa maksud mengalah dan
juga menyerang orang lain. Apa kah kita harus merasa tertekan saat menyampaikan
isi hati kita? Misalnya dalam situasi, seseorang meminjam barang atau uang
Anda, dia janji mengembalikannnya katakanlah dalam waktu dua minggu. Ternyata
setelah dua minggu bahkan 3 minggu dia belum mengembalikannya. Apakah kita
diam, dan berharap dia ingat dan mengembalikannya? Bagaimana kalau dia tidak
ingat-ingat terus? Dan kita pun tetap diam. Jangan-jangan kita mengumpat dia
dalam hati, akhirnya kita menjadi tersiksa. Tentu langkah yang paling sehat
adalah dengan langsung berkata kepada dia, “saya saat ini membutuhkan buku/uang
yang Anda pinjam dua minggu yang lalu”. Lalu dengarkan responnya.
Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur
terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan
kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi,
memanfaatkan ataupun merugikan pihak lainnya (Pratanti, 2007).
Menurut Pratanti (2007) Seorang yang asertif memiliki
kriteria:
1. Merasa bebas untuk mengekspresikan perasaan, pikiran dan
keinginan.
2. Mengetahui hak mereka.
3. Mampu mengontrol kemarahan. Tidak berarti me-repress
perasaan ini, akan tetapi mengontrol dan membicarakannya kembali dengan logis
dan tidak dilandasi emosi semata.
Tips untuk berperilaku asertif yang dapat digunakan adalah
(Pratanti, 2007)
· Tentukan
sikap yang pasti, apakah anda ingin menyetujui atau tidak. Jika kamu belum
yakin dengan pilihan anda, maka anda bisa minta kesempatan berpikir sampai
mendapatkan kepastian.
Berikan penjelasan atas penolakan anda secara singkat, jelas,
dan logis. Penjelasan yang panjang lebar hanya akan mengundang argumentasi
pihak lain.
Gunakan kata-kata yang tegas, seperti secara langsung
mengatakan “tidak” untuk penolakan, dari pada “sepertinya saya kurang
setuju..sepertinya saya kurang sependapat…saya kurang bisa…..”
Pastikan pula, bahwa sikap tubuh anda juga mengekspresikan
atau mencerminkan “bahasa” yang sama dengan pikiran dan verbalisasi anda
…Seringkali orang tanpa sadar menolak permintaan orang lain namun dengan sikap
yang bertolak belakang, seperti tertawa-tawa dan tersenyum.
Gunakan kata-kata “Saya tidak akan….” atau “Saya sudah
memutuskan untuk…..” dari pada “Saya
sulit….”. Karena kata-kata “saya sudah memutuskan untuk….” lebih menunjukkan
sikap tegas atas sikap yang anda tunjukkan.
Jika anda berhadapan dengan seseorang yang terus menerus
mendesak anda padahal anda juga sudah berulang kali menolak, maka alternatif
sikap atau tindakan yang dapat anda lakukan : mendiamkan, mengalihkan
pembicaraan, atau bahkan menghentikan percakapan.
Anda tidak perlu meminta maaf atas penolakan yang anda
sampaikan (karena anda berpikir hal itu akan menyakiti atau tidak mengenakkan
buat orang lain)…Sebenarnya, akan lebih baik anda katakan dengan penuh empati
seperti : “saya mengerti bahwa berita ini tidak menyenangkan bagimu…..tapi
secara terus terang saya sudah memutuskan untuk …”
Janganlah mudah merasa bersalah ! anda tidak bertanggung
jawab atas kehidupan orang lain…atau atas kebahagiaan orang lain.
Anda bisa bernegosiasi dengan pihak lain agar kedua belah pihak
mendapatkan jalan tengahnya, tanpa harus mengorbankan perasaan, keinginan dan
kepentingan masing-masing.
Keterus terangan seperti ini lah yang
disebut dengan Komunikasi Asertif. Namun tolong Anda jeli akan kata-katanya “
Saya saat ini membutuhkan buku/uang yang Anda pinjam dua minggu yang lalu”.
Bukan dengan berkata,” Anda koq pura-pura lupa ya untuk mengembalikan buku atau
uang yang saya pinjam?”. Sebab ada dua perbedaan yang sangat besar dalam
kalimat di atas, yang asertif kita mengakatan “Saya saat ini membutuhkan……Jadi
kita menyampaikan atau mengekspresikan kebutuhan kita. Kalau kalimat yang yang
kedua, “Anda koq……” berarti kita menuduh atau menyerang seseorang. Kalimat
kedua ini disebut dengan kalimat agresif.
Contoh yang lain misalnya, Anda
disodori kopi oleh seseorang ternyata rasanya tidak sesuai dengan selera Anda,
katakanlah kemanisan. Kalu Anda diam dan pura-pura tidak ada apa-apa, berarti
Anda memilih berkomunikasi secara pasif. Selanjutnya Anda mungkin kapok meminum
kopi buatannya. Atau Anda berkata, “Ah kopi yang kamu buat terlalu manis, saya
tidak suka”. Nampaknya kalimat ini netral, tapi ini masuk kategori yang
agresif. Dampaknya dia akan kapok membuat kopi untuk Anda. Kalimat yang paling
asertif adalah : “Saya sebenarnya lebih suka kopi yang tidak terlalu manis”.
Dia akan berfikir bahwa dia tidak salah, hanya lidah Anda saja yang kurang pas.
Dia senang, dan lain waktu dia kan berkata “saya akan bikin kopi, maunya gula
seberapa banyak”. Nah hasil komunikasi asertif ini akan membuat hubungan lebih
baik. Yang membuat hubungan kita putus adalah ketika kita dengan diam-diam
menjauhi orang lain karena kita tidak setuju dengan dia, dan kita tidak mau
berterus terang, atau ketika kita sering menyerang orang lain, dan kapok
berkomunikasi dengan kita. Mungkin sebelum kekantor dia sudah berdoa dari rumah
supaya tidak bertemu dengan kita. Hahaha.
Ada 3 kategori perilaku asertif yaitu :
1.
asertif penolakan yaitu ucapan untuk
memperhalus, seperti misalnya : maaf !
2.
asertif pujian yaitu mengekspresikan perasaan
positif, seperti misalnya menghargai, menyukai, mencintai, mengagumi, memuji
dan bersyukur;
3.
asertif permintaan yaitu asertif yang terjadi
kalau seseorang meminta orang lain melakukan sesuatu yang memungkinkan
kebutuhan atau tujuan seseorang tercapai tanpa tekanan atau paksaan.
Keuntungan berperilaku asertif, dengan menyatakan apa adanya
perasaan atau emosinya seseorang tidak akan dikendalikan orang lain, efektif
dalam berinteraksi, lebih dihargai orang
lain, menjadi lebih percaya diri dan memiliki rasa puas.
Referensi: